- June 25, 2024
- Posted by: Equine Global
- Category: Articles
Perkembangan teknologi di era digital saat ini telah memicu peningkatan jumlah permintaan pengembangan perangkat lunak secara signifikan di berbagai jenis perusahaan, baik itu di perusahaan berskala besar, start-up, maupun lembaga pemerintahan. Selain menjadi tantangan, fenomena ini juga dianggap sebagai peluang besar bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk terus meningkatkan daya saing mereka di tingkat global. Namun, proses pengembangan perangkat lunak tidaklah semudah itu, banyak aspek yang harus dipertimbangkan sebelum memulai pengembangan suatu perangkat lunak, antara lain:
- Kompleksitas Kebutuhan
Kebutuhan akan perangkat lunak dapat berubah dengan cepat dan seringkali tidak sepenuhnya terdefinisi dengan baik pada awal proyek pengembangan. Tim developer seringkali dihadapkan pada berbagai permintaan dan perubahan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) atau klien.
- Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi dalam pengembangan perangkat lunak terus berlangsung pesat. Oleh karena itu tim developer harus senantiasa meningkatkan keterampilan mereka dan mempertimbangkan teknologi baru yang berpotensi mempengaruhi arsitektur atau pendekatan pengembangan yang diterapkan.
- Peningkatan Kompleksitas Sistem
Aplikasi perangkat lunak masa kini sering kali terhubung dengan beragam sistem dan platform lainnya. Situasi ini meningkatkan kompleksitas dalam proses pengembangan serta memerlukan koordinasi yang efektif di antara berbagai pihak yang terlibat di dalam proyek tersebut.
- Tuntutan Waktu dan Biaya
Pihak klien dan stakeholder seringkali menginginkan pengembangan perangkat lunak dapat berjalan dengan cepat dan sesuai anggaran. Oleh karena itu, project manager di dalam proyek pengembangan perangkat lunak harus mampu untuk mengelola ekspektasi ini sambil menjaga kualitas dan kepuasan dari pihak klien dan stakeholder.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang lebih responsif dan adaptif dalam menjalankan dan mengawasi pengembangan perangkat lunak. Salah satu pendekatan yang semakin populer di industri pengembangan IT adalah Agile Project Management atau dikenal juga sebagai Agile Software Development.
Salah satu contoh implementasi pendekatan Agile Project Management yang telah berhasil diterapkan saat ini adalah Spotify Model. Model ini menekankan pada strategi perusahaan dalam merancang struktur organisasi untuk meningkatkan fleksibilitas operasionalnya.
Contoh Penerapan Pendekatan Agile Project Management – Spotify Model
Elemen | Definisi |
---|---|
Squad | Tim dibagi menjadi sebuah entitas yang dikenal sebagai SquadSquad dapat disebut sebagai tim Scrum yang beroperasi seperti sebuah organisasi kecil di dalam struktur organisasi yang lebih besarSquad memiliki sifat self-organizing dan collocated (mereka bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka)Seperti halnya dalam tim Scrum, Squad tidak memiliki pemimpin formal, namun mereka memiliki seorang Product Owner |
Chapter | Sebuah kelompok kecil individu yang tergabung dalam suatu Tribe, dimana setiap individu memiliki keterampilan serupa dan berkolaborasi dalam bidang kompetensi umum yang sama. |
Tribe | Sejumlah Squad yang fokus bekerja pada domain tertentu dan telah dibatasi agar jumlah anggotanya tidak melebihi 100 (seratus) orang. |
Guild | Unit terbesar dalam struktur organisasi yang terdiri dari individu-individu yang bertujuan untuk saling berbagi pengetahuan (knowledge), tools, code, serta pengalaman dan praktik kerja terbaik (best practice). |
Pendekatan Spotify Model berhasil menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien dan fleksibel, serta menghasilkan berbagai manfaat yang signifikan bagi perusahaan yang menerapkannya, antara lain:
- Mendorong perusahaan untuk memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam mengelola cara kerja tim pengembangan perangkat lunak, tanpa harus mengikuti proses dan seremonial yang kaku.
- Fokus pada penyelarasan antar tim dalam perusahaan dan mendorong pencapaian hasil yang lebih optimal dari setiap tim.
- Meningkatkan otonomi dan kreativitas dengan memberikan kepercayaan kepada setiap individu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan metode yang mereka anggap paling sesuai.
- Pengambilan keputusan dilakukan oleh masing-masing Squad, Tribe, Chapter, dan Guild, bukan oleh manajemen pusat, sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan.
- Mengutamakan pendekatan eksperimental dalam penyelesaian masalah dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
- Menghasilkan produk yang lebih optimal berkat penerapan pendekatan yang lebih fleksibel dan inovatif.
- Terdapat peningkatan kepuasan pelanggan berkat peningkatan kualitas produk dan responsivitas layanan yang lebih baik.
- Karyawan menjadi lebih terlibat dan termotivasi karena mereka memiliki tingkat otonomi yang lebih besar dalam menjalankan tugas mereka.
Kesimpulannya adalah saat kita akan mencoba menerapkan model ini, perlu diingat bahwa Spotify Model tidak dapat diterapkan begitu saja tanpa adanya pertimbangan dan penyesuaian yang lebih mendalam. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan kebutuhan, budaya, tujuan bisnis dan strategis, serta tantangan yang berbeda-beda di setiap perusahaan. Spotify Model dapat dijadikan sebagai best practice yang dapat memberikan wawasan berharga dalam implementasi Agile Project Management tanpa harus mengikuti setiap detail implementasinya secara eksklusif.
Penulis: Adi Asgaf